Kamis, 28 Mei 2009

Psikologi perkembangan

Bab 1 PENDAHULUAN



Keterampilan mengajar bukanlah hereditas, melainkan hasil dari pengalaman. Walaupun demikian, kita dapat menggunakan informasi-informasi dari orang lain yang telah mengembangkan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Psikologi pendidikan bermaksud untuk menerapkan psikologi ke dalam proses yang membawa pengubahan tingkah laku, dengan kata lain untuk mengajar. Sedangkan arti psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang belajar, pertumbuhan, dan kematangan individu serta penerapan prinsip-prinsip ilmiah terhadap reaksi manusia yang nantinya mempengaruhi proses belajar-mengajar.
A.Keputusan yang Dibuat Guru
1. Tugas Mengajar
2. Tingkah Laku Siswa
3. Tingkah Laku Guru
B. Bidang-Bidang Kompetensi Guru Pada Umumnya
1. Memiliki Pengetahuan Tentang Teori Belajar dan Tingkah Laku Manusia
2. Menunjukkan Sikap dalam Membantu Siswa Belajar dan Memupuk Hubungan dengan Manusia lain Secara Tulus
3. Menguasai Mata Pelajaran yang Diajarkan
4. Mengontrol Keterampilan Teknik Mengajar sehingga Memudahkan Siswa Belajar
C. Masalah-Masalah yang Dihadapi Guru Baru
D. Mengajar sebagai Seni dan Ilmu Pengetahuan
1. Peranan Guru
!) Guru sebagai ahli Instruksional
2) Guru sebagai Motivator
3) Guru sebagai Manajer
4) Guru sebagai Konselor
5) Guru sebagai Model
E. Peranan Psikologi Pendidikan
1.Kebutuhan akan Pendekatan Ilmiah
!) Bukan sekadar masuk akal
2) Menggunakan Penelitian untuk Menyelesaikan Masalah di kelas
3) Teori untuk Mengajar



Bab II PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK SAMPAI MASA REMAJA


A. Perkembangan Masa Kanak-Kanak
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik anak ditandai dengan hilangnya ciri-ciri perut yang menonjol, seperti halnya kaki dan tubuh yang berkembang lebih cepat daripada kepala mereka. Masa ini anak-anak juga mengalami perkembangan yang menunjuk sebelah sisi tubuh, hal ini bisa dilihat ketika mereka menggunakan tangan yang satu lebih cepat dari yang lain.
2. Kemampuan Kognitif
Menurut Piaget ada beberapa tahapan perkembangan kognitif yang terjadi selama masa kanak-kanak sampai remaja, yaitu Sensori-motorik (0-2 tahun), Praoperasional (2-7 tahun), Operasional (7-11 tahun), Operasional Formal (11 thn-dewasa).
3. Perkembangan Bahasa
Pada mulanya, anak hanya mengucapkan satu kata, misalnya pergi,naik,atau jalan. Setelah itu mereka mulai mengatur kata-kata dalam kalimat dengan menggunakan dua kata yang sederhana yang disebut telegraphic speech, seperti papa pergi, ingin minum. Tahap selanjutnya anak mulai belajar tata bahasa dan aturan-aturan dalam membuat kalimat yang lebih kompleks dan juga memakai nada suara tinggi rendah.
4. Perkembangan Sosioemosional
Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak tumbuh dari hubungan mereka yang erat dengan orang tua atau pengasuh-pengasuh lain, termasuk anggota keluarga. Interaksi sosial diperluas dari rumah ke tetangga, dan dari taman kanak-kanak ke sekolah dasar.
5. Perkembangan Moral
Belajar berperilaku merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting di masa kanak-kanak. Seperti kita ketahui, anak-anak berbeda dengan orang dewasa dalam hal perkembangan kognitif dan pribadi. Mereka juga berbeda dalam hal pertimbangan moral. Di sini ada dua orang tokoh yakni Piaget dan Kohlberg yang mengemukakan tentang teori perkembangan moral.
6. Pengajaran sebelum Sekolah dan di Taman Kanak-Kanak
1) Mendorong Perkembangan Kognitif dan Bahasa
Di sini guru dapat mendorong anak-anak untuk melakukan kegiatan yang bersifat seni yang diperlukan untuk mengerti bahasa simbolik. Selain itu guru juga dapat mendorong keterlibatan anak-anak dengan membacakan suatu cerita atau hal-hal yang bersifat ilmiah.
2) Mendorong Perkembangan Sosioemosional
Guru memberikan berbagai macam bahan pelajaran berupa boneka,balok-balok,pensil berwarna,dan ruang bermain yang mendorong untuk bermain bersama.
7. Pengajaran di Sekolah Dasar
Satu prinsip yang penting adalah bahwa sebagian besar anak-anak di SD masih dalam tahap perkembangan emosional konkret. Karena itu, mereka kurang mampu untuk berpikir abstrak seperti masa remaja.

B. Perkembangan Masa Praremaja
1. Perkembangan Fisik
Selama di sekolah dasar, perkembangan fisik anak-anak tumbuh lebih lambat dibandingkan ketika mereka memasuki masa kanak-kanak. Anak-anak pada masa ini mengalami perubahan yang relatif sedikit.
2. Perkembangan Kognitif
Berpikir logis adalah sifat-sifat atau ciri-ciri pada masa ini. Anak-anak dapat membayangkan hasil ramalan secara tepat, meskipun dicoba oleh ahli-ahli psikologi perkembangan.
3. Perkembangan Sosioemosional
Selama masa ini, banyak orang-orang atau lembaga yang telah mempengaruhi sosial anak-anak. Di antara mereka adalah keluarga, teman sebaya, sekolah, maupun tayangan televisi. Pada masa ini hubungan antar teman menjadi sangat penting dalam membuat suatu kelompok atau sebuah persahabatan.


C. Perkembangan Selama Masa Remaja


1. Perkembangan Fisik
Pubertas adalah suatu rangkaian perubahan fisik yang membuat organisme secara matang mampu berproduksi. Hampir setiap organ dan sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan ini.
2. Perkembangan Kognitif
Selain perubahan tubuh pada pubertas, otak dan fungsi otak juga berubah. Indikasinya bisa dilihat dari skor tes intelegensi yang besar melebihi beberapa tahun dari umur yang seharusnya. Dalam teori Piagetian mereka menilai, pengalaman dengan masalah yang kompleks, tuntutan dari pengajaran formal, dan tukar menukar ide yang berlawanan dengan kelompok remaja.
3. Perkembangan Sosioemosional
Remaja mulai melihat lebih dekat diri mereka sendiri untuk mendefinisikan bahwa diri mereka berbeda. Mereka mulai menggunakan keterampilan intelektualnya dalam memutuskan kemungkinan-kemungkinan,sehingga mudah menjadi tidak puas dengan diri mereka sendiri.
3.1 Identitas
1) Mereka menaruh perhatian besar pada cara orang lain memandang mereka
2) Mereka mencari sesuatu yang sudah berlalu
3) Mereka bertindak pada perasaan dan mengekspresikan kepercayaan serta pendapatnya
3.2 Otonomi
3.3 Penyesuaian Diri
3.4 Perkembangan Pribadi
3.5 Keintiman
3.6 Hubungan dengan Kelompok Teman Sebaya
3.7 Berkencan
4. Pengajaran di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas
4.1 Mendorong Perkembangan Kognitif
4.2 Mendorong Perkembangan Sosioemosional
4.3 Mendorong Perkembangan Pribadi dan Perkembangan Sosial
5. Masalah-Masalah Remaja
1) Kenakalan Remaja
2) Gangguan Emosi
3) Penyalahgunaan Obat Bius dan Alkohol
4) Kehamilan


BAB III TEORI BELAJAR DAN PENERAPAN PELAJARAN


Belajar selalu didefinisikan sebagai suatu perubahan pada diri individu yang disebabkan oleh pengalaman. Kita percaya bahwa salah satu tujuan pendidikan guru adalah membantu guru-guru melihat hubungan teori dan praktik. Ada beberapa macam teori diantaranya adalah Contemporary behaviorist atau Stimulus Respon yakni bahwa tingkah laku siswa merupakan suatu respons terhadap lingkungan yang lalu, sekarang, dan semua tingkah laku yang dipelajari.
Tanggung jawab guru adalah membuat suatu lingkungan yang memungkinkan adanya penguatan atau reinforcement atau hadiah bagi siswa. Guru dapat lebih efektif mengajar jika dia tahu pengetahuan apa yang telah didapatkan siswa dan apa yang siswa pikirkan selama pengajaran. Weinstein Mayer menyatakan bahwa ”pengajaran yang efektif” meliputi mengajar siswa, bagaimana belajar, begaimana mengingat, bagaimana berpikir, dan bagaimana mereka memotivasi dirinya sendiri.
Ahli psikologi humanistik berpandangan bahwa orang merasa sama pentingnya dengan orang bertingkah laku atau berpikir. Humanistik menekankan sesuatu yang kreatif pada lingkungan pendidikan yang membantu perkembangan diri, bekerja sama, dan berkomunikasi positif dengan siswa, karena percaya bahwa kondisi ini akan membantu siswa belajar lebih keras.

A. Teori Belajar dan Tingkah Laku
1. E.L. Thorndike: The Law of Effect
Belajar adalah pembentukan hubungan atau koneksi antara stimulus dan respons dan penyelesaian masalahyang dapat dilakukan dengan cara trial and error (coba-coba). Faktor penting yang mempengaruhi semua belajar adalah reward karena hukuman akan memperlemah ikatan dan tidak mempunyai efek apa-apa.
2. Ivan Pavlow: Classical Conditioning
3. J.B. Watson: Conditioning Reflect
Watson percaya bahwa belajar adalah suatu proses dari conditioning reflect (respons) melalui pergantian dari satu stimulus kepada yang lain.
4. B.F. Skinner: Operant Conditioning
Skinner memilih istilah reinforcement daripada reward karena reward diinterpretasikan sebagai tingkah laku subjektif yang dihubungkan dengan kesenangan, sedangkan reinforcement adalah istilah yang netral.
5. Prosedur Mengembangkan Tingkah Laku
5.1 Shaping (membentuk tingkah laku)
5.2 Modeling (pemodelan)
6. Prosedur Mengontrol atau Menghilangkan Tingkah Laku
1) Reinforcing Competing Behaviors atau memperkuat tingkah laku bersaing
2) Extinction atau penghapusan
3) Satiation atau pemuasan yang sempurna terhadap suatu keinginan
4) Changing the Stimulus Environtment atau mengubah stimulus lingkungan
5) Punishment atau hukuman
7. Penerapan Tingkah Laku di Dalam Kelas
7.1 Langkah Dasar untuk Pengubahan Tingkah Laku

B. Teori Kognitif
Ahli-ahli teori kognitif berpendapat bahwa belajar adalah hasil dari usaha kita untuk dapat mengerti dunia. Untuk melakukan ini, kiota menggunakan semua alat mental kita. Caranya, kita berpikir tentang situasi, sama baiknya kita berpikir tentang kepercayaan, harapan, dan perasaan kita yang akan mempengaruhi bagaimana dan apa yang kita pelajari.
Ahli teori kognitif melihat reinforcement sebagai sumber umpan balik(feedback). Umpan balik ini memberi informasi tentang apa yang barangkali terjadi jika tingkah laku itu diulang. Dalam pandangan teori kognitif, reinforcement untuk siswa adalah mengurangi ketidaktentuan dalam mencapai suatu penguasaan perasaan dan pengertian Dengan kata lain, reinforcement datang dari gagasan pengertian untuk menyempurnakan tujuan.
1. Sistem Pengolahan Informasi
2. Proses Informasi
3. Ingatan Jangka Pendek
4. Ingatan Jangka Panjang
5. Implikasi teori Kognitif dalam Pendidikan
5.1 Strategi Mengajar
1) Memusatkan Perhatian
2) Mengidentifikasi apa yang penting, sulit, dan tidak biasa
3) Belajar dapat dipertinggi jika guru membantu siswa merasa betapa pentingnya informasi baru
4) Membantu siswa mengingat kembali informasi yang telah dipelajari sebelumnya
5) Membantu siswa memahami dan menggabungkan informasi
5.2 Strategi untuk Membantu Siswa Mengingat
5.3 Kemampuan Metakognitif
5.4 Model Pengajaran Menurut Teori Kognitif
6. Jerome Bruner: Discovery Learning
Bruner berpendapat bahwa peranan guru harus menciptakan situasi, di mana siswa dapat belajar sendiri daripada memberikan suatu paket yang berisi informasi atau pelajaran kepada siswa.
7. David Ausubel: Reception Learning
7.1 Expository Teaching
Guru menyampaikan pelajaran dimulai dengan advance organizer, kemudian menyampaikan isi pelajaran, dan akhirnya mendorong siswa untuk lebih baik mengerti informasi-informasi baru.
7.2 Pedoman Menerapkan Ide-ide Ausubel di dalam Kelas
1) Gunakan advance organizer
2) Gunakan sejumlah contoh
3) Fokuskan pada persamaan dan perbedaan
4) Sampaikan materi dalam suatu cara yang terorganisasi
5) Berikan motivasi belajar materi yang dapat dipelajari dengan lebih berarti

C.Teori Humanistik
1. Arthur Combs
Menjelaskan bagaimana persepsi ahli-ahli psikologi dalam memandang tingkah laku. Untuk mengubah tingkah laku seseorang harus mengubah persepsi individu.
2. Maslow
Berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan manusia dari mencukupi kebutuhan yang paling rendah dahulu, baru kemudian memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
3. Rogers
3.1 Prinsip Belajar Humanistik Rogers


1) Keinginan untuk belajar
2) Belajar secara signifikan
3) Belajar tanpa ancaman
4) Belajar atas inisiatif sendiri
5) Belajar dan berubah
3.2 Implikasi Pengajaran dari Sudut Pandang Rogers
3.3 Psikologi Humanistik dan Pengajaran
1) Pendidikan setara
2) Pendidikan terbuka




BAB IV TUJUAN INSTRUKSIONAL


A. Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional umum menggariskan hasil-hasil di bidang-bidang studi yang seharusnya dicapai siswa. Tujuan instruksional sekaligus menjadi hasil yang harus diperoleh siswa yang akan tampak setelah proses belajar-mengajar selesai.
1. Tujuan Instruksional Khusus
Suatu tujuan pengajaran yang konkret dan spesifik, dan dianggap cukup berharga, wajar dan pantas, yang dapat direalisasi dan bertahan lama, yang menunjang tercapainya tujuan instruksional yang bersifat lebih umum.
2. Menulis Tujuan Instruksional
2.1 Aspek Tingkah Laku
2.2 Situasi dan Kondisi
2.3 Kriteria atau Tingkat Perbuatan

B. Kegunaan Tujuan Instruksional
Kegunaan tujuan instruksional memungkinkan guru tahu secara tepat tingkah laku siswa yang bagaimana yang diinginkan untuk berhasilnya suatu pelajaran. Tujuan instruksional juga membantu guru dalam mengevaluasi, seperti membuat pertanyaan tes secara langsung untuk tujuan mengajar mereka.
C. Alternatif Pendekatan dalam Menulis Tujuan Instruksional
1. Mengerti arti istilah teknik
1.1 Definisikan istilah dengan menggunakan kata-kata sendiri
1.2 Identifikasikan arti istilah ketika digunakan dalam konteks
1.3 Bedakan antara istilah yang artinya sama

D. Taksonomi Tujuan Instruksional Menurut Bloom
a. Ranah Kognitif
1) Pengetahuan
2) Pemahaman
3) Penerapan
4) Analisis
5) Sintesis
6) Evaluasi
b. Ranah Afektif
1) Penerimaan
2) Partisipasi
3) Penilaian
4) Organisasi
5) Pembentukan Pola Hidup
c. Ranah Psikomotorik
1) Persepsi
2) Kesiapan
3) Gerakan Terbimbing
4) Gerakan yang Terbiasa
5) Gerakan Kompleks
6) Penyesuaian Pola Gerakan
7) Kreativitas
1. Hasil Belajar
1.1 Informasi Verbal
1.2 Kemahiran Intelektual
a) Diskriminasi Jamak
b) Konsep
c) Kaidah
d) Prinsip
1.3 Pengaturan Kegiatan Kognitif
1.4 Sikap
1.5 Keterampilan Motorik

E. Model-Model Pengajaran yang Efektif
1. Pengajaran yang Efektif: Tidak Sekadar Mengajar dengan Baik
2. Pengajaran Sekolah Model Carrol: Mastery Learning
1) Kecerdasan
2) Kemampuan untuk mengerti pelajaran
3) Ketekunan
4) Kesempatan
5) Mutu Pengajaran
3. Pengajaran yang Efektif Model QAIT
1) Pengajaran yang bermutu
2) Tingkat pengajaran yang tepat
3) Incentive
4) Time (waktu)
4. The Popham and Baker Goal Referenced Instructional Model
Pengajaran yang efektif adalah suatu kemampuan untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan dari kemampuan dan persepsi siswa. Model ini meliputi empat langkah operasional, yaitu:
1) Tujuan Khusus dalam bentuk tingkah laku
2) Status penilaian awal pelajaran
3) Merancang dan memimpin kegiatan
4) Menilai prestasi siswa sesuai dengasn tujuan
a. Tujuan Khusus
b. Tingkah laku dan hasil
c. Minat Siswa
d. Tujuan masyarakat
e. Mata pelajaran
f. Penilaian awal

g. Pengajaran
h. Penilaian
F. Merencanakan Mata Pelajaran, Unit, dan Pelajaran
1. Tujuan Unit dan Tes Unit
2. Rencana Pelajaran dan Penilaian Pelajaran
3. Analisis Tugas
3.1 Metode Dasar
3.2 Contoh analisis Tugas
Dalam merencanakan suatu pelajaran diperlukan tiga langkah proses yang dapat digunakan dalam analisis tugas, antara lain:
1.) Mengidentifikasi keterampilan sebelumnya
2.) Mengidentifikasi keterampilan komponen
3.) Merencanakan bagaimana komponen keterampilan akan dikumpulkan ke dalam komponen terakhir.





BAB V PENGELOLAAN KELAS


A. Pentingnya Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah inti dari suatu organisasi yang efektif. Seorang manajer yang efektif adalah seorang yang mengoordinasi dan menyusun kegiatan untuk menentukan tujuan dan sasaran khusus.
1. Definisi Pengelolaan Kelas
Berdasarkan penelitian Edmund, emmer, dan Carolyn Evertsoon (1981), pengeloaan kelas di definisikan sebagai berikut :
1. Tingkah laku guru yang dapat menghasilkan prestasi siswa yang tinggi karena keterlibatan siswa di kelas.
2. Tingkah laku siswa yang tidak banyak mengganggu kegiatan guru dan siswa lain.
3. Menggunakan waktu belajar yang efisien.
Definisi ini mempunyai tiga komponen yang jelas yang mencakup pokok-pokok penting yang sesuai dengan nomor 1,2 dan 3.
1. keterlibatan siswa secara aktif
2. Sedikit gangguan
3. Penggunaan waktu belajar yang efisien.
2. Perspektif Pengelolaan Kelas.
2.1. Perspektif sejarah
Sifat-sifat seorang guru dapat mempengaruhi tingkah laku siswa secara positif maupun negetif. Berikut adalah sifat-sifat guru yang diharapkan siswa :
1. sikap tenang
2. teguh dan tegas
3. rajin dan kuat
4. gembira
5. simpati
6. hangat
7. waspada
8. terbuka dan adil
9. sikap terhadap kesalahan
10. aturan, sistem dan kerapihan
11. kompeten
12. kesarjanaan
Sifat-sifat guru yang tidak diharapkan siswa :
1. Tidak cukup bekerjasama dengan siswa
2. Tidak tegas pada waktu memulai
3. Tidak mempunyai sistem perencanaan untuk mengubah kegiatan mengajar
4. Memberikan pengarahan dan perintah yang tidak perlu
5. Ancaman
6. Cacian, penggunaan sindiran tajam
7. Memberikan pekerjaan rumah sebagai hukuman
8. Menghukum satu kelompok karena membela seorang individu
2.2 Perspektif Psikologi
Reinforcement. B.F. Skinner (1957) menggambarkan tingkah laku manusia sebagai hasil dari lingkungan. Jika lingkungan dapat dikontrol melalui reinforcement, maka tingkah laku manusia dapat dibentuk atau diubah. Siswa memperlihatkan bermacam-macam tingkah laku di kelas.
2.3 Menetapkan Aturan.
Seorang guru yang efektif menetapkan beberapa aturan-aturan pokok dan prosedur yang dibutuhkan untuk kelas supaya berfungsi efektif. Aturan yang ditetapkan guru harus dinyatakan secara positif.
2.4 Konsukuen
Guru mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam memberikan beberapa konsekuen untuk tingkah laku siswa yang tidak tepat. Konsekuen yang paling umum untuk tingkah laku siswa yang tidak tepat meliputi penggunaan teguran secara verbal, menambah pekerjaan rumah, penahanan untuk beberapa waktu, atau hukuman badaniyah.
2.5 Penguatan
Ujian guru kepada siswa yang melakukan tugasnya dengan baik kelihatannya sederhana, tetapi hasilnya sangat efektif selanjutnya siswa diberikan sebuah hadiah atau reward.
3. Komunikasi
Tugas guru adalah menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk mengajar dan belajar. Suasana diciptakan oleh guru dan siswa, tetapi guru mempunyai tanggungjawab dan mengoorganisasi pekerjaan siswa, mengatur waktu seefisien mungkin, dan mengatur jalannyan interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
3.1 Harapan-harapan
o Tujuan
o Respek
o Ketertiban
o Keterbukaan
o Rasa aman
3.2 Komunikasi Nonverbal
Pengaturan Nonverbal
Kedekatan fisik
Kontak mata
Sikap diam

B. Memusatkan Perhatian pada Tingkah Laku Positif
Untuk memperkuat tingkah laku adalah dengan memperkuat seperti memberikan hadiah, memuji-apakah tingkah laku mengeja kata dengan benar. Guru sering menggunakan pujian untuk tujuan lain, bukan untuk penguatan. Ahli psikologi menyarankan bahwa penekanan pujian seharusnya pada belajar untuk kepentingan diri sendiri, bukan belajar untuk menyenangkan guru atau orang tua.

C. Masalah Waktu dalam Pengajaran
1. Waktu untuk Mengerjakan Tugas
1) Smoothness adalah urutan pelajaran yang baik dan mencoba menghindari loncatan-loncatan dari satu topik ke topik lain, atau dari pelajaran satu ke pelajaran lain.
2) Transitions adalah mengatur dari satu aktifitas ke aktifitas lain seperti dari mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain atau dari satu pelajaran ke jam istirahat.

D. Peraturan dan Tingkah Laku di Dalam Kelas
1. Mengembangkan sistem pengelolaan kelas yang efektif
2. Rencana sebelum dimulai ajaran baru
1) Menentukan tingkah laku siswa yang diharapkan
2) Menerapkan harapan-harapan ke dalam prosedur dan aturan-aturan
3) Mengidentifikasi konsekuen-konsekuen
3. Kegiatan pada tahun ajaran baru
4. Mempertahankan sistem pengelolaan kelas yang efektif sepanjang tahun.

E. Kedisiplinan
Ada beberapa langkah untuk membantu mengembangkan disiplin yang baik di kelas. Pertama adalah perencanaan. Ini meliputi membuat aturan dan prosedur, dan menentukan konsekuen untuk aturan yang di langgar. Langkah kedua adalah mengajar siswa bagaimana mengikuti aturan.
Penggunaan waktu yang efisien dan kegiatan pengajaran yang diatur secara hati-hati akan mengurangi sebagian besar masalah tingkah laku, termasuk tingkah laku yang lebih serius.
1. Kepemimpinan dalam kelas.
2. Struktur dan kebebasan.

3. Mengatur tingkah laku yang tidak tepat.
1) Pencegahan.
2) Isyarat nonverbal.
3) Pujian yang tidak cocok.
4) Membetulkan tingkah laku dan pujian pada siswa lain.
5) Memperingatkan secara lisan
6) Mengigatkan berulang-ulang
7) Menerapkan Konsekuen
8) Reinforcement negatif
9) Berlatih positif

F. Program Khusus untuk Pengelolaan Kelas
1. Tanggung jawab kelompok
2. Program Token Reinforcement
3. Program Kontrak

G. Mengidentifikasi Masalah-Masalah di Kelas
1. Identifikasi Masalah
2. Cara Penyelesaian













BAB VI MOTIVASI

A. Arti dan Pentingnya Motivasi
Motivasi adalah salah satu prasyarat yang amat penting dalam belajar. Dalam kata latin, kata mtivum menunjukkan pada alasan tertentu mengapa sesuatu itu bergerak. Kata bahasa Inggris Motivation berasal dari kata motivum. Istilah motivasi mempunyai arti sedikit bagi motivasi itu sendiri. Motivasi mempunyai intensitas dan arah (direction). Sebenarnya, intensitas dan arah sering sulit dipisahkan. Intensitas dari motivasi yang digunakan untuk satu kegiatan mungkin tergantung pada besarnya intensitas itu daripada besarnya direction.

B. Teori-Teori Motivasi
1. Motivasi dan Penguat
2. Hadiah dan Penguat
3. Cognitive Dissonance
Salah satu teori psikologi yang menerangkan tentang tingkah laku sesearang dengan memberi alasan untuk menunjukan bahwa dirinya positif adalah teori cognitive dissonance. Teori ini berpegang bahwa orang akan marah atau tidak senang jika nilai kepercayaannya ditentang oleh tingkah laku yang secara psikologis tidak konsisten. Untuk mengetahui ketidaksenangannya ini mereka mengubah tangkah lakunya atau kepercayaannya atau mereka membenarkan tingkah lakunya dengan memberi alasan yang kara-kira masuk akal.
4. Teori Atribusi (Attribution Theori)
4.1 Tujuan Teori Atribusi
Teori atribusi mencari penjelasan dan mencoba untuk mengerti mengapa seseorang memberikan alasan-alasan yang demikian itu, terutama jika seseorang mengalami kegagalan atau kesuksesan.
Teori atribusi menyebutkan ada empat penjelasan sukses dan gagal, dalam prestasi yaitu:
1. Kemampuan.
2. Usaha.
3. Tugas yang sulit.
4. Keberuntungan atau nasib.
4.2 Pentingnya Teori Atribusi untuk Pendidikan
Teori atribusi penting dalam pengertian bagaimana siswa-siswi menginterprestasi dan menggunakan umpan balik atas prestasi akademi mereka, dan menyarankan pada guru-guru bagaimana mereka harus memberikan umpan balik yang dapat menimbulkan motivasi yang sangat besar bagi siswa.
5. Covigton’s Theory Of Self-Worth
Teori self-worth (menghargai dirinya sendiri) adalah salah satu teori motivasi berprestasi. Teori ini menggabungkan komponen motivasi dengan persepsi yang menyebabkan sukses dan gagal. Menurut teori self-worth, seorang individu belajar dari persepsi masyarakat bahwa seseorang dinilai karena prestasinya.
6. Expectancy Theories of Motivation
Teori expectancy tidak dapat diinterpretasi begitu saja dengan menyarankan bahwa pelajaran yang dijawab di kelas atau item-item yang ada dalam kertas kerja kesulitannya harus dibuat sama dan harus dijawab benar oleh separuh dari seluruh siswa. Teori ini lebih bertahan pada kriteria untuk sukses seperti dalam penilaian.
7. Teori Humanistik untuk Motivasi
7.1 Interpretasi Humanistik terhadap Motivasi
Menekankan adanya kebebasan, pilihan, menentukan dirinya sendiri dan berjuang untuk pertumbuhan pribadi.
7.2 Implikasi Teori Humanistik terhadap Pengajaran
Seorang siswa yang sukses dalam menguasai pengetahuan tertentu atau dapat menciptakan objek yang indah mungkin akan bertambah motivasinya dan bahkan berusaha mencapai tujuan yang lebih tinggi.
8. Motivasi dan Kepribadian
Kata motivasi digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu yang khusus atau umum. Salah satu kegunaan konsep motivasi adalah menggambarkan kecenderungan umum seseorang dalam usahanya mencapai tujuan tertentu. Motivasi sering dilihat sebagai sifat-sifat kepribadian seseorang yang relatif stabil.
9. Motivasi Berprestasi
Siswa yang motivasinya untuk berprestasi tinggi cenderung sukses dalam melakukan tugas-tugas di sekolah. Sebaliknya, siswa yang tidak mengalami sukses dalam berprestasi akan cenderung kehilangan motivasi, dan mungkin akan mengalihkan minat mereka pada kegiatan apa saja.


D.Insentif Untuk Belajar
1. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
Penelitian pada dampak hadiah ekstrinsik terhadap motivasi intrinsik menganjurkan supaya berhati-hati dalam menggunakan hadiah yang berupa materi untuk tugas-tugas yang menarik secara intrinsik. Bagaimanapun juga, beberapa jenis hadiah ekstrinsik seperti pujian, bintang, dan nilai, pada umumnya dibutuhkan untuk memotivasi siswa agar melakukan sebagian besar tugas sekolah dengan hasil yang terbaik.
2. Mempertinggi Motivasi Intrinsik

2.1 Menambah selera siswa untuk ilmu pengetahuan
2.2 Mempertahankan keingintahuan
2.3 Cara penyampaian pelajaran yang menarik dan bervariasi
2.4 Permainan dan simulasi

E. Motivasi dan Pengajaran
1. Sebelum belajar: Sikap dan kebutuhan
1.1 Tingkat aspirasi
1.2 Kebutuhan siswa untuk bertemu dengan orang lain
2. Selama proses belajar: Suasana minat dan emosi
2.1 Motivasi dan minat siswa
2.2 Mempertahankan suasana emosi yang positif
2.3 Menggunakan teknik-teknik kerjasama
3. Akhir dari pengalaman belajar: Kompetensi dan reinforcement
3.1 Origin dan Pawn: Program khusus untuk mempertinggi kompetensi

3. akhir dari pengalaman belajar:
Kompetensi dan reinforcement
Wlodkowsi (1981) mempunyai dua pertanyaan untuk guru sebelum membuat rencana pelajaran dan memotivasi siswa : bagaimana kegiatan pengajaran anda akan menambah perasaan kompeten siswa? Apakah kegiatan anda akan memberkan reinforcement pada siswa?
Dalam membangkitkan pertanyaan0pertanyaan ini guru dapat ,mencoba menumbuhkan perasaan kompeten dan tanggunga jawab.

3.1 origin dan pawns: program khusus untuk mempertinggi kompetensi
Pada tahun 1976, Richard de charm menerbitkan buku berjudul enhancing motivation : change in the classroom, yang menggambarkan hasil usahanya selama 4 tahun untuk mempertinggi motivasi di beberapa sekolah dasar dan sekolah menengah.
Menurut de charm origin adalah orang-orang yang di control oleh prestasi mereka sendiri, oleh keterampilan mereka yang telah di kembangkan sesuai tukuan, oleh kemampuan mereka untuk merencanakan strategi dalam mencapai tujuan-tujuan ini dan oleh kesediaan mereka untuk mengambil tanggung jawab atas kegiatan mereka sendiri.
Pawns adalah orang-orang yang tergantung pada orang-orang yang ada di sekitarnya dan dengan demikian tidak berdaya kalau dihadapkan pada kekuatan dari luar.

Latihan bagi siswa untuk menjadi origin :
Tujuan dan pendekatan : untuk mengajar siswa agar menjadi origin, satu susunan kata-kata yang menggambarkan tingkah laku origin dikembangkan bersama-sama dengan alat (menggunakan huruf p) untuk menarik perhatian siswa.
Definsi origin : origin adalah seseorang yang ….
mengambil tanggung jawab pribadi
mempersiapkan pekerjaannya dengan hati-hati.
merencanakan hidupnya untuk membantu mencapai tujuannya.
mempraktikan keterampilannya
tetap dalam pekerjaannya
mempunyai kesabaran, dia tahu bahwa beberapa tujuan memerlukan untuk mencapainya
melakukan, supaya dia tahu dia harus melakukan sesuatu agar dapat mencapai tujuannya
mengecek kemajuannya, contoh menggunakan umpan balik
bergerak menuju keterampilannya lebih baik, menaruh perhatian yang lebih khusus.
kegiatan: sesudah siswa-siswa dikenalkan pad aide-ide ini, mereka ditanya apakah mereka dapat menyusun tujuan-tujuan dan membuat daftar cek untuk melihat kegiatan apa saja dalam menghabiskan waktu mereka untuk tujuan-tujuan mereka.

Diadaptasi dari Richard de charms. Enhancing motivation. Change in the classroom. 1976
3.2 reinforcement untuk belajar
Tidak semua pelajaran berhasil dengan sukses akan mempertinggi perasaan kompetensi. Siswa-siswa mungkin “merasa cukup kompeten” dan tidak mempunyai minat melanjutkan pelajaran-pelajarannya. Dalam kasus ini guru mungkin dapat memberikan reinforcement ekstrinsik atas tuhas-tuhas yang telah dilakukan dengan sukses.

F. PEDOMAN MENERAPKAN TEORI-TEORI MOTIVASI
1. yakinkan bahwa siswamempunyai kesempatan untuk memenuhi kebutuhan mereka menjadi anggota salah satu kelompok dan mempunyai rasa memiliki secara memuaskan.
2 ciptakan kelas menjadi satu tempat yang menyenagkan dan aman.
3. Kenalilah bahwa siswa-siswa yang dating ke sekolah adalah siswa-siswa dengan kebutuhan dasar yang berbeda karena pengalaman-pengalaman yang lalu.
4. bantulah siswa mengambil tanggung ajawab yang tepat atas sukses dan kegagalan mereka.
Mendorong siswa untuk melihat hubungan antara usaha-usaha mereka sendiri dan prestasi-prestasinya.


G. MENDORONG MOTIVASI SELAMA DAN SESUDAH BELAJAR
Pertanyaan: apa yang dapat saya lekukan agar sikap siswa positif terhadap kegiatan?
Teori : pavlow dan klasikal conditioning
Strategi : pada umumnya buatlah kondisi yang mengelilingi kegiatan itu positif dan konfrontasikan langsung terhadap sikap yang negative.
Ide khusus : teka-teki dan permainan yang menggambarkan konsep yang sedang kita ajarkan, diskusi konsep –konsep siswa, mengatur meja tidak seperti biasanya.

H HARAPAN-HARAPAN GURU
Brophy dan Good (1980) menunjukkan bahwa harapan-harapan guru mungkin akan mempengaruhi siswa dengan cara-cara sebagai berimut:
Guru mulai dengan mengondisi harapan-harapannya, bagaimana dengan siswa yang berbeda akan melakukan tugas dengan baik di kelas.
Guru kemudian melakukan siswa yang berbeda berdasarkan harapan mereka
Jika guru mengharapkan siswa melakukan tugas dengan baik, siswa mungkin di beri lebih banyak dorongan dan lebih banyak waktu ketika menjawab pertanyaan guru.
sumber harapan guru
jika kita berikan sumber informasi dan sumber informasi lain, guru akan memperoleh harapan tentang kemungkinan-kemungkinan siswa bertingkah laku dan berprestasi baik dikeas. Harapan ini mungkin tepat sebagai ramalan. Masalah dating ketika guru menggunakan informasi untuk memperoleh harapan yang tidak tepat atau ketika ramalan tepat di ikuti oleh keputusan untuk menggunakan metode pengajaran yang tidak tepat.

tingkah laku guru dan reaksi siswa
menurut Rosenthal (1993), guru cendrung untuk mendorong respon dari siswa jika mereka mempunyai harapan tinggi pada siswa. Ini berarti guru memberikan kepada siswa lebih banyak waktu untuk menjawab , memberikan petunjuk dan dorongan dan pada umumnya menyampaikan kepercayaan mereka bahwa siswa dapat menjawab pertanyannya.

KECEMASAN DI DALAM KELAS
Siswa yang khawatir karena mereka tidak dapat menyelesaikan tugasnya secara memuaskan sering mengakhiri dengan perasaan cemas atau “ pengalaman yang membuat gelisah, merupakan tanda bahwa ada ketegangan”. Perasaan ini mungkin lebih, mungkin juga kurang intensitasnya, tetapi kelihatannya mempunyai dampak yang signifikan pada tingkah lakunya.
1. perbedaan individu dalam masalah kecemasan
baru-baru ini Sigmund tobias (1999) menjelaskan bagaimana kecemasan mempengaruhi siswa yang sedang belajar dan mempengaruhi siswa yang sedang mengerjakan test untuk mencapai prestasi.
2. mengatasi kecemasan
seorang guru seharusnya membantu siswa yang mempunyai kecemasan untuk melihat persoalan lebih realistis. Kelihatannya siswa –siswa ini sering mengalami kesulitan dalam membuat pilihan yang bijaksana.
Contoh Cara mengatasi kecemasan :
1. gunakan kompetesi secara hati-hati.
2. hindari situasi di saat siswa yang mempunya kecemasan tinggi di tempatkan di muka, misalnya duduk dibangku paling muka.
3. semua perintah harus jelas.
4. hindari menekankan waktu yang tidak penting
5. pindahkan beberapa tekanan dari tes tes standar yang diperlukan ke tes sehari-hari.
BAB VIII
EVALUASI HASIL BELAJAR

PENGERTIAN EVALUASI DALAM PENGAJARAN
Evaluasi atau penilaian berarti suatu tindakan untuk menentukan nilai sesuatu. Dalam arti luas, evaluasi adalah sesuatu proses dalam merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan membuat alternative-alternatif keputusan (Mehrens & lelman, 1978)
Ada 3 aspek yang perlu diperhatikan untuk lebih memahami apa yang di maksud degan, khususnya evaluasi pengajaran, yaitu :

1. kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis
2. didalam kegiatan evaluasi diperlukan berbagai informasi atau data yang menyagkut objek yang sedang di evaluasi.
3. dalam setiap kegiatan evaluasi, terutama evaluasi pengajaran, tidak dapat di selesaikan dari tujuan-tujuan pengajaran yang hendak di capai.
B TUJUAN EVALUASI
1. sebagai perangsang atau dorongan untuk menambah usaha atau semnagat siswa.
2. Umpan balik bagi siswa
3. Umpan balik bagi guru
4. Memberikan informasi kepada orang tua dan
5. Informasi untuk seleksi

1,. Penilaian sebagai perangsang atau dorongan
pentingnya penilaian. Penilaian baru efektif jika hal itu penting bagi siswa.
penilaian berdasarkan usaha keras. Penilaian harus berhubungan erat dengan prestasi siswa yang nyata.
Standar yang konsisten. Penilaian akan efektif bila siswa tahu bahwa semua siswa diberlakukan sama dalam hal pemberian nilai.
Interprestasi penilaian yang reliable.
Penilaian yang berkali-kali
Penilaian yang menantang

2. Penilaian sebagai umpan balik bagi siswa
Page (1998) menemukan bahwa siswa yang diberi nilai dan juga mendapat komentar dari guru tentang jawaban yang salah mempunyai prestasi yang lebih baik daripada siswa yang hanya diberi nilai dengan angka atau huruf saja.
3. Penilaian sebagai umpan balik bagi guru
Guru dapat mengetahui hasil dari apa saja yang telah ia di lakukan. Dengan pengetahuan ini guru akan mengetahui apakah dia sudah berhasil ataukah gagal dalam memberikan pelajaran kepada siswa.
Banyak factor yang harus kita selidiki antara lain:
kemampuan anak didik memang rendah
kualitas materi pelajaran tidak sesuai dengan tingkat usia anak
jumlah bahan pelajaran yang terlalu banyak sehingga tidak sesuai dengan waktu yang diberikan
komponen prose belajar dan mengajar yang kurang sesuai dengan tujuan

4. penilaian sebaga umpan balik bagi orang tua.
Disebut buku rapor. Karena buku ini memberikan informasi tentang kemajuan siswa kepada orang tua. Fungsi penilaian enting karena beberapa alasan:
penilaian ini akan disimpan oleh orang tua
untuk memberikan reinforcement atau hadiah jika mendapati anaknya mendapat nilai bagus.
5. penilaian sebagai informasi untuk seleksi
Siswa yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi harus tahu fakultas mana yang akan dimasuki dan syrat yang harus dipenuhi. Untuk ini sekolah memberikan penilaian yang seobjektif mungkin untuk dapat masuk ke perguruan tinggi. Salahsatunya adalah tes standar. Skor tes ini akan menempatkan kemampuan siswa apakah dapat memasuki perguruan tinggi atau tidak.

C. SIFAT-SIFAT TES YANG BAIK
1. validitas
merupakan cirri yang amat penting, yang seharusnya dimiliki oleh setiap tes yang digunakan untuk berbagai tujuan. Validitas menunjukkan pada penyesuaian alat pengukur dengan tujuan yang hendak di ukur.

Realibilitas
Reliable artinya dapat dipercaya. Tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (ajeg). Seperti halnya validitas, secara konvemsional realibilitas diartikan sebagai cirri tes yang hanya memiliki kemampuan untuk menghasilkan pengukuran yang ajeg, tidak berubah-ubah, seandainya digunakan secara berulang-ulang pada sasaran yang sama.

D. Jenis Tes Macam-macam
1.Kriteria cara Penyusunan
1.1 Tes terstandar
Istilah tes terstandar dalam tes dimaksudkan bahwa semua siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sama dari sejumlah besar pertanyaan dikerjakan dengan mengikuti petunjuk yang sama dan dalam batasan waktu yang sama pula.
Tes terstandar dikembangkan dengan upaya untuk sejauh mungkin mengikuti prosedur dan memenuhi syarat secara ketat.Tes standar secra khusus dibuat secara hati-hati untuk memberikan secara tepat, informasi yang berarti pada tingkat prestasi siswa. Untuk mencapai tujuan itu, penyusunan tes terstandar dimulai dengan melakukan telaah terhadap jabaran isi dari kemampuan yang akan diukur, untuk menentukan cakupan dan relevansi isi tes yang sesuai. Telaah serupa dilakukan pula terhadap jenis dan bentuk tes yang paling sesuai dengan maksud penyusunannya. Demikianlah dengan jumlah, isi, dan urutan butir-butirn tesnya
Tes terstandar biasanya dilengkapi dengan sebuah manual. Manual berisi keterangan-keterangan, petunjuk-petunjuk yang menjelaskan tentang pelaksanaan, menskor dan membuat interprestasi dan memberikan saran-saran.
Secara garis besar, manual tes standar ini memuat
· Ciri-ciri mengenai tes, misalnya menyebutkan tingkat validitas, tingkat rehabilitasi, dan sebagainya
· Tujuan serta keuntungan-keuntungan tes, misalnya untuk siapa tes tersebut diberikan dan tujuannya apa.
· Proses standarisasi tes, misalnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sample : besarnya sample, tekhnik sampling, kelompok mana yang diambil sebagai sample
· Petunjuk-petunjuk tentang cara melaksanakan tes, misalnya dilakukan dengan lisan atau tertulis, waktu yang digunakan untuk mengerjakan setiap bagian,
· Petunjuk-petunjuk bagaimana cara menskor
· Petunjuk-petunjuk untuk menginterprestasikan skor, misalnya apakah sudah benar nomor sekian sampai nomor sekian cocok untuk jabatan direktur
· Saran-saran lain

1.2 Tes Buatan Guru
Sebagai tes yang dibuat oleh guru sendiri, tes buatan guru sering disusun dan disiapkan dengan cara dan prosedur swpwrlunya, tanpa melelui kajian yang rinci dan prosedur seperlunya, tanpa melalui kajian yang rinci dan saksama terhadap cirri-ciri uta,manya, seperti realibilitas, tingkat kesulitan, dan sebagainya. Tes buatan guru leboih mengandalkan pertimbangan dan penilaina guru sendiri, mengenai apa yang perlu diteskan dan bagaimana cara mengetesnya. Jadi, tes ini bukan karena pertama-tama dibuat oleh guru, tetapi karena penyusunannya yang dilakukan tanpa melalui prosedur yang lengkap untuk mengungkapkan cirri pokoknya.
Selanjutnya, tes terstandar dan tes buatan guru dianjurkan dipakai jika hasilnya akan diginkan untuk :
Memilih siswa untuk program-program khusus,
Mengadakan diagnosis terhadap siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar,
Memberikan bimbingan kepada soiswa dalam memilih jurusan atau perguruan tinggi yang cocok,
Menentukan tempat siswa dalam kelompok atau kelas.
2. Kriteria Tujuan Penyelenggaraan

2.1 Tes Seleksi
Tes seleksi adalah tes yang dibuat untuk memilih peserta yang memenuhi persyaratan guna diikutsertakan dalam suatu kegiatan, misalnya pemberian pekerjaan dan penempatan program pendidikan, pengiriman dosen atau karyawan keluar negri.

2.2 Tes Penempatan
Tes penempatan pada umumnya dilakukan menjelang dimulainya suatu program pengajaran, dengan maksud untuk menempatkan seseorang pada kelompok yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Hal ini dimaksudkan agar dalam mengikuti pelajaran ia berada dalam kelompok yang memiliki tingkat kemampuan yang kira-kira sama dengan tingkat kemampuannya. Dengan demikian, dalam mengikuti pengajaran ,ia tidak tertinggal dari teman sekelompoknya.
2.3 Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajr dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh suatu bentuk pengajaran. Hasil bell;ajar yang dicoba diungkap melalui hasil tes belajar dapat mengacu pada hasil pengajaran secra keseluruhan pada akhir pertengahan semester atau akhir semester.

2.4 Tes diagnostic
Tes diagnostok digunakan untuk memastikan kesulitan belajar yang dialami siswa. Contoh, mengapa susan tidak dapat membagindua puluh dibagi lima? Mengapa didiet bingung dengan huruf d dan b dalam menulis karangan? Tes diagnostic mencvari penyebab masalah belajar agar dapat merumuskan dalam emmbuat tes khusus untuk kegiatan remedi. Hasil tes diagnostic yang mengandung kesalahan-kesalahan yang menujkan adanya kesulitan belajar dapat digunakan sebgai dasr penyelenggaraan pengajaran yang lebih sesuai dengan kemampuan siswa sebenarnya, termasuk kesulitan-kesulitan belajar.

2.5 Tes Uji Coba
Tes uji coba adalah te yang dibuat untuk mengetahui apakah suatu perangkat tes yang masih dalam penyusunanya memiliki cirri-ciri tes yang baik dalam artian yang luas. Melalui pembuatan tes uji coba, diharapkan dapat diperolh sejumlah informas9i tentang cirri-ciri tes yang baik, seperti validitas, realibilitas, tingkat kesulitan, tingkat pembeda, kesusaian waktu, kejelasan bahasa, kejelasan petunjuk, dsb.

3. Kriteria Tahapan atau Waktu Penyelenggaraan
3.1 Tes Masuk
Tes masuk dibuat sebelum menjelang suat8u program pengajaran dimulai. Tes masuk ini gunanya untuk mementukan apakah seorang calon dapat diterima sebagai siswa atau peserta program pengajaran. Tes masuk pada seyogyangya tidak bersifat umum meliputi kemampuan bidang studi tertentu, tetapi bersifat khusus disesuaikan sepenuhnya dengan tujuan pokok program pengajaran.


3.2 Tes Formatif
Tes formatif adalah tes yang bertujuan untuk mencari umpan balik, yang selanjutnya hasil tes tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belkajar mengajar yang sedang berlangsung atau sudah dilaksanakan.

3.3 Tes Sumatif
Tes sumatif adalah tes yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai di mana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajari selama dalam jangka waktu tertentu.

3.4 Prates
Prates dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan yang dimiliki siswa pada awal pengajaran yang akan diikutinya, jadi hasil prates ini tidak mempengaruhi penerimaan sesorang pada suatu program. Informasi tentang tingkat kemampuan awal yang diperoleh melalui prates dapat digunakan pada akhir penyelenggraan program pengajaran, untuk memperoleh ganbarab tentang kemajuan belajar yang akan dicapai pada akhir pengajaran.

3.5 Postes
Postes dilakukan menjelang atau pada akhir program. Postes dilakukan pertama-tama untuk mengetahui penguasaan menyeluruh terhadap pengajaran yang telah diberikan, seperti halnya tes sumatif. Postes lebih dititikberatkan pada usaha untuk mengetahui tingkat kemajuan kemampuan suatu bidang yang telah dicapai pada akhir program, dibandingkan dengan tingkat kemampuan pada awal pengajaran.






4. Kriteria Acuan Penilaian
4.1 Tes Acuan Norma
Interpretasi terhadap hasil tes untuk mengubah nilai mentah menjadi nilai akhir, dilakukan atas dasar tingkat pencapaian rata-rata suatu kelompok peserta tes yang bersangkutan. Tingkat pencapaian rata-rata itulah yang dianggap sebagai norma bagi kelompok tersebut, yaitu tingkat pencapaian yang mencerminkan tingkat pencapaian kebanyakan peserta tes. Peserta tes yang memiliki tingkat pencpaian normal itu berhak menerima nilai akhir yang normal.
Karena penentuan nilai akhir terkait dengan kelompok pesrta tes tertentu, maka hasil tes acuan norma sepenuhnya terkait dengan kelompok yang bersangkutan, dan tidak boisa dibandingkan dengan kelompok lain. Siswa yang mendapat nilai tinggi pada tes matematika dalam suatu kelompok, belum tentu mendapat nilai tinggi dalam kelompok lain.

4.2 Tes Acuan Patokan
Pada tes acuan patokan , penentuan nilai kahir didasarkan pda pencapaian tingkat kemampuan terendah, yang masih dapat diterima sebagai tingkat kemampuan yang memadai. Peserta tes yang memiliki prestasi setra dengan tingkat kemampuan yang rendah yang masih dapat diterima itu, berhak menerima nilai akhir terendah yang masih dapat diterima.
Karena acuan yang digunakan adalah pencapaian tingkat kemampuan bidang studi terendah bukannya berapa banyak yang harus dianggap memiliki kemampuan berbahasa yang normal.

5. Kriteria Bentuk Jawaban

5.1 Tes Pilihan
Pada Tes pilihan, peserta tes memilih salah satu alternative jawaban yang telah disediakan.. Pilihan itu dinyatakan sangat sederhana memberi tanda dalam bentuk tanda silang, lingkaran kecil atau tanda cawung. Jawaban itu direkam pada lembar jawaban yang khusus disediakan atau kadang-kadang pada lembar soalnya sendiri.

Pada tes pilihan yang baik, alternative jawaban yang harus dipilih dirumuskan sedemikian rupa sehingga masing-masing alternative seolah-olah merupakan jawaban yang benar meskipun hanya salah satunya yang sungguh-sunggiuh benar.
Kemungkinan menebak yang paling besar ditemukan pada tes pilihan yang hanya menyediakan dua pilihan (yang hanya memiliki satu pengecoh), tes semacam ini disebut tes benar salah, sedangkan tes pilihan, tes semacam ini disebut tes benar salah, sedangkan tes pilihan yang menyediakan lebih dari dua jawaban alternative, dikenal sebagai tes pilihan ganda. Berikut akan dijelaskan tes benar salah dan tes pilihan ganda

5.1.1 Tes Benar salah
Tes item benar salah terdiri atas pertanyaan yang mengandung pengertian atau pendapat tertentu :pernyataan itu dapat benar, dapat salah. Siswa dapat memilih apakah pernyataan benar atau salah dengan menulis huruf B (benar) atau S (salah) di depan pertanyaan, atau melingkari huruf B atau S yang teredapat di depan pertanyaan atau menulis huruf B atau S pada lembar jawaban pada nomor item yang bersangkutan.
Beberapa kelemahan item benar-salah dapat dilacak dari kealahan guru membuat item tersebut. Terutama guru yang tidak berpengalaman mempunyai kecendrungan menggunakan buku teks mungkin dijawab benar tanpa adanya pengertian oleh siswa yang hanya mengingat kata-kata dalam tes yang dihubungkan dengan pernyataan dari buku teks. Kata-kata dan kalimat tertentu dan kalimat tertentu mengindifikasikan secra kuat bahwa item itu salah. Contoh :
Semua item benar-salah hanya mengukur tingkat pengetahuan. (salah)
Tidak satu pun penyair menulis untuk mendapatkan uang. (salah)
Tes seharusnya selalu berisi item esai yang pendek. (salah)

5.1.2 Tes Esai
Tes esai sangat berlawanan dengan tes benar – salah dan pilihan ganda. Pertanyaan dengan jawaban yang singkat membiarkan siswa untuk merespon atau menjawab dengan kata-kata mereka sendiri dengan jauh lebih bebas daripada jawaban yang dituntut oleh tes objektif.
Bentuk esai dapat mendatangkan respon yang sangat bervariasi, mulai memberikan istilah definisi sampai membandingkan dan membedakan konsep atau kejadian yang penting
Berikut beberapa saramn tambahan untuk menulis esai dengan jawaban yang singkat :
Cocokkan tes dengan tujuan instruktusional
Sebaiknya tidak menggunakan perintah dalam item seperti didiskusikan
Tulislah satu respon terhadap item sebelum kita memberikan tes untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan siswa untuk merespon
Pertanyaan sebaiknya dirumuskan dengan jelas sehingga siswa dapat menengkap arti sebagaiman yang dimaksudkan penyususnan pertanyaan.
Setiap soal harus dapat dikerjakan dalam waktu kurang lebih dari 20 menit.
Sebaiknya tidak ada istilah baru dalam soal untuk menghindari siswa tidak dapat menjawab.
Bobot masing-masing soal harus diberitahukan kepada siswa sebelum tes dikerjakan
Sebaiknya jangan memberikan soal yang terlalu banyak dan terlalu luas
Sedapat mungkin jangan menanyakan hal-hal yang bersifat factual dan detail

5.1.3 Tes pilihan ganda
Butir tes pilihan ganda dapat digunakan dalam mengetes mata pelajaran yang diajarkan disekolah . Bentuk dasar multiple choice item adalah system yang diikuti dengan pilihan atau alternative. Pertanyaan dan soal terdiri atas dua bagian , yaitu bagian pokok dan bagian alternative atau pilihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar